Selamat mengunjungi blog saya...

Kamis, 13 Desember 2012

Arti Jasa dan Indikator Jasa lainya Serta Pengertian Pelayanan


Pengertian Jasa 
Beberapa pengertian jasa menurut beberapa ahli yaitu :
Menurut Philip Kotler (2005 : 111) bahwa :
“Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu”.
Dan menurut A. Zeitmal dan Berry jo Bitner dalam Bukhari Alma (2004:243) bahwa :
“Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud”.
Adapun pengertian jasa menurut Wiliam J Stanton dalam Bukhari Alma (2004:243) bahwa :
 “Jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasikan secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa bisa dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak”.


 Karakteristik Jasa
Terdapat empat karakteristik jasa yaitu :
a.       Tidak berwujud, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum dibeli;
b.      Tidak terpisahkan, jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan contohnya dalam jasa hotel adanya paket menginap dan fasilitas spa gratis;
c.       Bervariasi, tergantung pada siapa yang memberikan, kapan dan dimana diberikan jasa tersebut sehingga jasa sangat bervariasi;
d.      Tidak Tahan Lama, jasa tidak dapat disimpan, sifat jasa yang mudah rusak tidak menjadi masalah jika permintaan berjalan lancar.
Kategori Bauran Jasa  
Terdapat lima kategori bauran jasa yaitu :
a.       Barang Berwujud Murni, sama sekali tidak ada jasa menyertai produk tersebut;
b.      Barang Berwujud yang disertai jasa, misalnya perusahaan mobil yang menjual dan menyediakan jasa pemeliharaan mobil tersebut;
c.       Campuran, tawaran yang diterima konsumen baik barang dan jasa dengan bagian yang sama, misalnya konsumen pergi ke restoran untuk memperoleh makanan dan pelayanan;
d.      Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil, misalnya konsumen yang menikmati jasa angkutan pesawat terbang mereka memperoleh jasa angkutan disertai makanan dan minuman;
e.       Jasa murni, sebagai contoh jasa pijat refleksi.   
2.2.      Jasa Hotel
2.2.1.      Pengertian Hotel
Agus Sulastiyono (2006 : 5) mengemukakan bahwa :
Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang – orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus.
Menurut Menteri Pariwisata dab Telkom No. KM.37/PW.340/MPPT-86 :
“Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minumam serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”.
2.2.2.      Jenis – jenis Jasa Perhotelan
Menurut Agus Sulastiyono (2006 : 8) jenis – jenis jasa perhotelan :
a.             Transient Hotel, yaitu hotel yang letak dan lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis;
b.            Residential Hotel, yaitu hotel yang pada dasarnya merupakan rumah – rumah berbentuk apartemen dengan kamar – kamar yang disewakan secara bulanan atau tahunan, juga menyediakan kemudahan – kemudahan seperti layaknya hotel seperti restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar;
c.             Resort Hotel, yaitu hotel pada umumnya yang berlokasi di tempat – tempat wisata untuk melayani konsumen yang sedang berekreasi.
d.            Motel/ Motor Hotel, yaitu hotel yang mempunyai lokasi sepanjang jalan raya yang menghubungkan satu kota besar dengan kota besar lainnya. Hotel jenis ini menyediakan parkir khusus seatap dengan kamar hotel.
2.2.3.      Penggolongan Hotel
Agus Sulastiyono (2006 : 12) menggolongkan hotel menjadi :
a.             Hotel kecil, hotel yang memiliki lebih dari 25 kamar atau kurang;
b.            Hotel Sedang, hotel yang memiliki lebih dari 25 kamar dan kurang dari 100 kamar;
c.             Hotel menengah, hotel yang memiliki lebih dari 100 kamar dan kurang dari 300 kamar;
d.            Hotel besar, hotel yang memiliki lebih dari 300 kamar
2.3.            Pelayanan Prima
2.3.1.      Pengertian Pelayanan
Menurut Widyaningtias Sistaningrum (2002 : 28) :
“Pelayanan adalah Tindakan dari suatu pihak ke pihak lain dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak yang lain dalam pembelian produk”.
2.3.2.      Pengertian Pelayanan Prima
Menurut Atep Adya Barata (2005 : 26) :
“Pelayanan Prima adalah konsep kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik”.
Sedangkan menurut Sutopo (2004 : 8) :
“Pelayanan prima adalah pelayanan terbaik yang dapat diberikan kepada pelanggan”.
Dilihat dari kedua teori diatas maka dapat disimpulkan pelayanan prima merupakan pelayanan yang berfokus kepada konsumen, dan memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen sehingga konsumen menjadi loyal pada perusahaan.  
2.3.2.1.Pelayanan Prima bagi Pelanggan Internal
Pelanggan internal adalah orang – orang yang terlibat dalam proses produksi barang dan atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Keharusan membudayakan pelayanan prima secara internal adalah kunci sukses untuk mewujudkan pelayanan prima bagi pelanggan eksternal.
2.3.2.2.Pelayanan Prima bagi Pelanggan Eksternal
Kebutuhan dan keinginan pelanggan merupakan potensi pasar yang dapat dijadikan peluang besar bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan melalui penjualan barang atau jasa yang disediakan. Para pelanggan merupakan tumpuan harapan yaitu sebagai pihak yang mampu merealisasikan kebutuhan dan keinginannya menjadi pembelian yang nyata kepada perusahaan.
2.3.3.      Mengukur Pelayanan Prima
Dan Atep Adya Barata (2004:31) mengemukakan bahwa pelayanan prima dapat berhasil dilaksanakan didasarkan kepada :
1.      Kemampuan, adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi dan menggunakan public relation sebagai instrument dalam membina hubungan ke dalam dan ke luar organisasi/perusahaan;
2.      Sikap, adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika menghadapi pelanggan;
3.      Penampilan, adalah penampilan seseorang baik yang bersifat fisik maupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain;
4.      Perhatian, adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritiknya;
5.      Tindakan, adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pelanggan;
6.      Tanggung Jawab, adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian.
2.3.3.1. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Kemampuan
Sehubungan dengan pelaksanaan pelayanan prima yang dimaksud kemampuan adalah kemampuan minimal yang harus ada pada diri seseorang, yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan, antara lain :
§    Memiliki pengetahuan sesuai bidang tugas;
§    Memiliki keterampilan sesuai bidang tugas;
§    Memiliki daya kreativitas yang tinggi;
§    Memahami cara berkomunikasi yang baik;
§    Memahami cara memposisikan diri dalam berbagai situasi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan;
§    Mampu mengendalikan emosi
2.3.3.2. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Sikap
Sikap adalah kumpulan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku yang secara relatif  berlangsung lama kepada orang, ide, obyek dan kelompok orang tertentu. Pemunculan sikap dalam diri seseorang dapat terbentuk karena adanya interaksi orang yang bersangkutan dengan berbagai hal dalam kehidupannya.
2.3.3.3. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Penampilan
Penampilan adalah perpaduan antara penampilan fisik dan gaya penampilan seseorang yang akan mewarnai seseorang dalam bersikap. Sehingga seorang karyawan akan melayani konsumennya dengan penampilan yang serasi dimana penampilan serasi adalah gaya penampilan seseorang yang ditonjolkan secara fisik dengan memadukan keadaan sosok diri, cita rasa diri, mode dan kepantasan atau kepatutan.
2.3.3.4. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Perhatian
Perhatian adalah sikap yang menunjukkan keperdulian terhadap sesuatu atau minat seseorang terhadap sesuatu. Dalam pelaksanaan pelayanan prima seorang karyawan dalam memberikan perhatian pada konsumen dituntut memiliki kemampuan untuk :
§   Memposisikan diri sebagai pendengar yang baik;
§   Memposisikan diri sebagai penampung keluhan, saran dan kritik dari konsumen;
§   Memposisikan diri sebagai wakil perusahaan untuk memberikan saran atau jawaban yang baik dan tepat pada konsumen;
§   Memposisikan diri sebagai fasilitator untuk mewujudkan keinginan konsumen. 
2.3.3.5. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Tindakan
Tindakan adalah perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk menghasilkan sesuatu. Adapun tindakan pelayanan prima yang bisa dilakukan seorang karyawan adalah :
§    Melakukan survey dan mencatat kebutuhan konsumen
§    Memproduksi untuk menyediakan kebutuhan konsumen
§    Mencatat pesanan konsumen
§    Melakukan konfirmasi untuk penegasan atas pesanan pelanggan
§    Mewujudkan kebutuhan konsumen
§    Memberikan penjelasan mengenai spesifikasi produk
§    Memberikan ucapan terima kasih
2.3.3.6. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Tanggung Jawab
Dalam proses pelayanan prima jaminan merupakan tanggung jawab dari perusahaan terhadap konsumen, sehingga konsumen merasa nyaman, aman dan tentram dalam menikmati jasa yang diberikan.
2.3.4.      Kemauan untuk melaksanakan Pelayanan Prima
Dalam pelaksanaan pelayanan prima dari waktu ke waktu pihak perusahaan harus meningkatkan kemampuan karyawannya dengan berbagai cara antara lain melalui pendekatan kemauan sehingga timbul kesadaran untuk melayani, sebagai berikut :
a.       Kemauan untuk melihat
Dengan mendengar dan melihat yang dilakukan pihak lain dalam melakukan pelayanan prima kepada konsumen akan berguna bagi karyawan sebagai studi banding sehingga dapat digunakan sebagai standar untuk memperbaiki pelayanan.
b.      Kemauan untuk mengatakan
Merupakan kemauan diri mengekspresikan pendapat melalui kata – kata atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya dan mau berkomunikasi secara efektif secara timbal balik dan terbuka sehingga terbina hubungan antara penyedia layanan dan konsumen.
c.       Kemauan untuk menyimpan
Merupakan kemauan seseorang untuk mengambil, menyimpan dan memelihara sesuatu yang baik dari hasil melihat/mendengar, mencari dan berkomunikasi.
d.      Kemauan untuk memecahkan berbagai masalah
Sebagai pihak yang sering berinteraksi dengan konsumen sering kali dihadapkan pada berbagai masalah atau kendala yang timbul akibat perilaku konsumen. dalam menghadapi situasi seperti ini karyawan harus mempunyai kemauan untuk memecahkan segala kendala dan masalah dengan cermat, tepat dan bijaksana serta mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dengan bercermin pada hasil pemecahan masalah yang lalu sebagai dasar membuat solusi.
e.       Kemauan untuk melayani
Pelayanan prima baru akan berhasil dilaksanakan jika karyawan mempunyai kemauan untuk melayani dengan baik bila memaksakan diri melakukan pelayanan maka akan muncul kinerja pelayanan yang buruk atau mungkin akan menimbulkan konflik antara perusahaan dengan konsumen yang akhirnya akan menurunkan reputasi dari perusahaan.
2.3.5.      Pengembangan Pelayanan Prima
Upaya pelaksanaan pelayanan prima berkaitan erat dengan pengembangan komunikasi yang efektif dimana public relations dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengembangkan pelaksanaan pelayanan prima, yang ditujukan untuk mempererat hubungan atau memelihara loyalitas dengan cara membentuk opini publik yang positif terhadap perusahaan.
Manfaat hubungan posistif antara perusahaan dengan konsumen adalah :
  1. Memperluas pasar atau jumlah pelanggan
  2. Memelihara dan meningkatkan loyalitas pelanggan
  3. Memperkenalkan produk atau jasa
  4. Mempermudah akses modal
  5. Memelihara dan meningkatkan hubungan baik dengan serikat buruh
  6. Memelihara dan meningkatkan hubungan dengan asosiasi perusahaan dalam rangka menunjang kemitraan dan sumber daya manusia. 
2.4.      Loyalitas Konsumen
2.4.1.      Pengertian Loyalitas
Menurut Jill Griffin (2005 : 4) pengertian Loyalitas adalah:
“Loyalitas pelanggan adalah perilaku pembelian yang didefinisikan pembelian nonrandom yang diungkapkan dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambil keputusan”.
Dan menurut Fandy Tjiptono (2007 :110) mengatakan bahwa :
“Loyalitas pelanggan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten”
Dari kedua definisi loyalitas diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep loyalitas lebih mengarah pada perilaku (behavior) dibandingkan dengan sikap (attitude) dan seorang konsumen yang loyal akan memperlihatkan perilaku pembelian yang didefinisikan sebagai pembeli yang teratur dan diperlihatkan sepanjang waktu oleh beberapa unit pembuatan keputusan.
2.4.2.      Karakteristik Loyalitas
Loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Adapun karekteristik Pelanggan yang loyal adalah orang yang :
1.            Melakukan pembelian berulang yang teratur;
2.            Membeli antar lini produk dan jasa;
3.            Mereferensikan kepada orang lain;
4.            Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.
Seorang konsumen dikatakan loyal jika ia mempunyai suatu komitmen yang kuat untuk menggunakan lagi jasa yang diberikan secara rutin. Banyak perusahaan meluncurkan program – program tertentu yang tujuannya meningkatkan loyalitas konsumen misalnya :
a.             Pemberian Reward, cara ini biayanya tinggi dan jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi bumerang bagi perusahaan dan sulit dihentikan apabila dihentikan akan menimbulkan ketidakpuasan konsumen.
b.            Memberikan pelayanan dengan menyajikan keunggulan dan diferensiasi di mata konsumen, hal ini dapat menimbulkan ketertarikan konsumen terhadap produk/jasa lain.
Tetapi program – program untuk meningkatkan loyalitas pelanggan sebaiknya tidak dilakukan secara terus menerus karena konsumen nantinya tidak dapat membedakan antara produk inti atau extra service.
2.4.3.      Tahap – tahap Menumbuhkan Loyalitas Pelanggan
Perusahaan mempunyai peluang yang besar untuk mengubah pembeli menjadi pelanggan yang loyal dengan Tahap – tahap :
a.       Suspect, adalah orang yang mungkin membeli produk atau jasa kita, dan kita belum terlalu yakin konsumen akan membeli;
b.      Prospek, adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa kita dan memiliki kemampuan untuk membeli;
c.       Prospek yang diskualifikasi, adalah prospek yang telah cukup kita pelajari untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan untuk membeli;
d.      Pelanggan pertama kali, adalah orang yang membeli produk kita satu kali;
e.       Pelanggan berulang, adalah orang yang membeli produk kita lebih dari satu kali;
f.       Klien, adalah orang yang membeli apapun yang kita jual dan dapat ia gunakan;
g.      Penganjur, adalah pendukung membeli apapun yang kita jual dan dapat ia gunakan serta membeli secara teratur;
h.      Pelanggan yang hilang, adalah seorang klien yang belum membeli produk kita lagi dalam batas waktu pembelian normal.
2.4.4.      Keuntungan dari Pelanggan yang Loyal
Jill Griffin (2005 : 13) mengemukakan keuntungan jika perusahaan memiliki pelanggan yang loyal yaitu :
a.             Penjualan naik karena pelanggan membeli lebih banyak;
b.            Memperkuat posisi perusahaan di pasar karena pembeli membeli produk kita daripada produk pesaing
c.             Biaya pemasaran menurun karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk memikat pelanggan berulang;
d.            Lebih terlindungi dari persaingan harga karena pelanggan yang loyal kecil kemungkinannya terpikat dengan diskon;
e.             Pelanggan yang puas cenderung mencoba lini produk kita dengan demikian membantu kita mendapatkan pangsa pelanggan yang lebih besar.
2.5.      Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Loyalitas Konsumen
Dalam menghadapi persaingan yang ketat dalam industri jasa perhotelan sebuah perusahaan harus jeli dalam membaca situasi dan keinginan dari konsumen sehingga berfokus pada konsumen dapat diwujudkan dengan harapan perusahaan memperoleh keuntungan dan kesetiaan atau loyalitas dari konsumen.
Pelaksanaan layanan istimewa atau pelayanan prima oleh pihak perusahaan terhadap pelanggan, baik itu yang ditujukan untuk pelanggan intern maupun pelanggan ekstern mempunyai peranan penting dalam bisnis karena kelangsungan perusahaan sangat tergantung dari loyalitas para pelanggan kepada perusahaan. (Atep Adya Barata, 2005 : 32).
Dengan memberikan pelayanan prima kepada pelanggan eksternal, diharapkan adanya peningkatan loyalitas pelanggan eksternal terhadap perusahaan, sehingga dari waktu ke waktu perusahaan akan mampu memelihara dan meningkatkan penjualan barang atau jasa dan sekaligus dapat meraih keuntungan sebagaimana yang diharapkan (Atep Adya Barata, 2005 : 34).
Salah satu ahli lain mengemukakan bahwa pelanggan semakin sadar akan haknya dan menuntut pelayanan yang paling prima sehingga pelanggan menjadi pelanggan yang loyal (Aso Sentana, 2006 : 95 ).
Jika suatu perusahaan memberikan senyum, pujian dan keperdulian maka perusahaan akan memperoleh satu hal yang menguntungkan dari pelanggannya yaitu kesetiaan (Aso Sentana, 2006 : 85 ). 
Berdasarkan teori diatas maka dapat dikatakan pelayanan prima sangat penting dilakukan oleh perusahaan jika ingin memperoleh pelanggan yang loyal, demikian juga jika perusahaan ingin meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap jasa yang diberikan maka perusahaan harus benar – benar memperhatikan pelayanan prima yang dilakukan.   

sumber :  http://zoeldhan-informatika.blogspot.com/2012/09/arti-jasa-dan-indikator-jasa-lainya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar